Ulasan Kumpulan Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A.A. Navis

 

Ulasan





Ulasan Kumpulan Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A.A. Navis

(Pendirian yang Goyah)

Oleh: Imam Basori A.

 

Buku kumpulan cerpen "Robohnya Surau Kami" adalah cerpen yang ditulis oleh A.A. Navis. Cerpen tersebut menceritakan tentang seorang Kakek yang taat beribadah dan melakukan bunuh diri akibat terpengaruh dari cerita Ajo Sidi. Untuk itu, kumpulan cerpen tersebut dapat dimaknai sebagai 'Pendirian yang Goyah'.

Cerpen tersebut bermula dari seorang Kakek yang sehari-hari hidupnya digunakan untuk beribadah, ia bertempat tinggal di surau desa. Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari upah mengasah pisau. Biasanya masyarakat memberikan imbalan berupa sambal, rokok , sedikit uang atupun tidak sedikit juga yang hanya memberi ucapan terima kasih.  Suatu hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Hasi Saleh, seorang alim yang seumur hidupnya dia habiskan untuk ibadah, namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk ke neraka, dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga. Mendengar cerita itu Kakek langsung marah dan tersinggung. Setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi,  Kakek menjadi pendiam dan kelihatan murung. Kakek hanya duduk dan termenung setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan berdosa.

Pada suatu hari Kakek ditemukan mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya dengan pisau sebelumnya dia tunjukan untuk menggorok Ajo Sidi. Untuk meminta pertanggungjawaban dari Ajo Sidi, malah dia tidak ada di rumah, dia menitip pesan kepada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.

Cerpen tersebut cukup baik dalam menyajikan cerita. Di dalam cerpen tersebut kelebihannya, yaitu pengarang benar-benar dapat memanfaatkan kata-kata, kelebihannya cerpen ini juga terdapat pada gaya bahasanya yang menarik, sederhana, dan pemilihan katanya dapat memperkaya kosa kata bagi pembaca dalam hal bidang keagamaan. Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen tersebut dapat memberikan pesan yang  baik bagi pembaca.

Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen “Robohnya Surau Kami” juga sangat cocok dan layak jika dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran karena bahasa yang digunakannya bisa dipahami. Tokoh-tokohnya pun tidak terlalu sulit untuk dipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis yang dimunculkan masih sesuai dengan perkembangan psikologis dan latar budaya yang ditampilkannya pun masih tampak umum sehingga yang berlatar belakang budaya Islam, Kristen, Hindu, dan Budha pun dapat menerimanya.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Sang Penguntai Masa Depan

  Sang Penguntai Masa Depan  _Karya: Imam Basori Alwi_  Setahun sekali memperingati hari jasamu  Hanya sehari mengenang pengabdianmu Sungguh...