Teks Anekdot Berjudul "Mbok Yo Waras Ngalah!" Karya Imam Basori A.

 

Teks Anekdot

sumber gambar:https://images.app.goo.gl/JP8dPhQZR9dPDynp9



Mbok Yo Waras Ngalah!

karya: Imam Basori Alwi

 

            Dikisahkan seorang Pedagang Sembako entah asalnya dari mana sedang berdagang di pasar. Ketika itu, suasana di pasar ramai sekali, banyak pedagang yang meneriakan dagangannya kepada Pembeli. Sementara itu, banyak Pembeli berlalulalang ingin membeli barang yang dibutuhkannya.

       Pedagang Sembako menjual segala macam kebutuhan pokok salah satunya menjual telur. Kemudian, ada seorang Pembeli yang menghampiri Pedagang Sembako tersebut hendak membeli telur.

            “Ingin membeli kebutuhan pokok apa?” tanya Pedagang Sembako.

            “Saya ingin membeli telur, satu telur berapa?” kata Pembeli.

            “Satu telur, seribu lima ratus rupiah,” jawab Pedagang Sembako.

            “Saya beli tiga telur,” kata Pembeli.

            “Jadi, semuanya lima ribu rupiah,” jawab Pedagang Sembako.

         Pembeli tidak setuju dengan harga yang ditawarkan oleh Pedagang Sembako tersebut. Oleh karena itu, Pembeli dan Pedagang itu berselisih hebat mengenai harga tiga telur tersebut. Mendengar pertengkaran hebat tersebut, para pedagang dan pembeli lain berduyun-duyun menghampiri mereka yang sedang bertengkar dan membawanya ke Peternak Ayam, untuk mengetahui asal mula di mana Pedagang Sembako membeli telur.

            “Harga tiga telur lima ribu rupiah kan?” tanya Pedagang Sembako.

            “Bukan, yang benar harga tiga telur empat ribu lima ratus rupiah,” kata Pembeli.

            “Salah semua, harga tiga telur tiga ribu rupiah” kata Peternak.

         Ketiganya pun bertengkar hebat lagi mengenai harga tiga telur. Para pedagang dan pembeli lainnya yang menyaksikannya pun merasa jengkel sehingga para pedagang dan pembeli lainnya membawa ketiganya kepada Guru Matematika. Guru Matematika menyatakan yang salah adalah Pembeli dan Peternak Ayam.

            “Lho kok saya salah? kan benar Pak Guru Matematika, jika satu telur seribu lima ratus rupiah maka tiga telur empat ribu lima ratus rupiah, iya kan?” kata Pembeli.

            “Kok saya juga salah, saya yang mempunyai peternakan ayamnya, telur yang saya jual, yaitu satu telur seharga seribu rupiah, jadi kalo tiga telur seharga tiga ribu rupiah. Di mana salah saya? Kan terserah saya ingin menjual berapa, sahut Peternak Ayam.

            “Kalian itu justru sangat tolol,” kata Guru Matematika dengan tenangnya, “Mau-maunya kalian bertengkar dengan Pedagang sinting, pedagang menjual satu telur dengan seharga seribu lima ratus rupiah, sedangkan ia menjual tiga telur seharga lima ribu rupiah. Bukankah kalian yang seharusnya salah? Dan sebaiknya kalian menjadi pedagang sembako saja.

         Sesudah itu, Guru Matematika menyuruh mereka menjadi pedagang saja. Akhirnya, Peternak Ayam dan Pembeli pun mengangguk setuju dan mengakui pernyataan dari Guru Matematika adalah benar dan agar tidak berdebat dengan orang sinting. 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Sang Penguntai Masa Depan

  Sang Penguntai Masa Depan  _Karya: Imam Basori Alwi_  Setahun sekali memperingati hari jasamu  Hanya sehari mengenang pengabdianmu Sungguh...