Naskah Drama Berjudul "Perempuan Maha Benar Di Panggung Sandiwara" Karya Imam Basori A.

 

Naskah Drama


sumber gambar: https://images.app.goo.gl/V4VXyzzdfnP7xwyf7


PEREMPUAN MAHA BENAR DI PANGGUNG SANDIWARA

 

PADA SIANG HARI PANGGUNG GEDUNG SERBAGUNA SEKOLAH MULAI TAMPAK GADUH DENGAN PERCAKAPAN SISWA-SISWI YANG SEDANG BERLATIH DRAMA UNTUK MENGISI PERPISAHAN KELAS DUA BELAS

Rohmi : “Juliet, engkaulah belahan jiwaku yang telah lama hilang, akhirnya kita dapat bertemu      kembali.” (BERLATIH DRAMA)

Uci       : “Aku ingin bersamamu Romeo, hidupku adalah hidupmu, bawalah aku ke mana saja, Romeo.”                 (MEMBALAS PERCAKAPAN DRAMA )

DARI KEJAUHAN TAMPAK RANI DAN EKO MEMANGGIL ROHMI DAN UCI MEMBAWA MAKANAN YANG DIBUNGKUS PLASTIK HITAM

Rani     : “Hey, Rohmi, Uci.” (BERJALAN MENGHAMPIRI)

Uci       : “Ke sini, kalian bawa apa tuh?”

Eko      : “Ya, istirahat dulu, nih ada makanan, pasti kalian lapar berlatih drama dengan sangat lama.”         (MENYODORKAN MAKANAN)

Rohmi  : “Hehehe, kalian tahu aja kalau kami  lapar.”

Uci       : “Terima kasih, ya.”

Rani     : “Bagaimana latihan dramanya?”

Uci       : “Seperti biasa, Rohmi belum bisa maksimal memerankannya.” (SEBEL)

Rohmi  : “Kamu tuh yang tidak maksimal, masih banyak salahnya.” (BALIK MENYALAHKAN)

Uci       : “Tapi, kamu yang lebih banyak, peran kecil saja kamu tidak bisa.”

Eko      : “Sudah, sudah, kita harus bisa profesional, perpisahan kurang sebentar lagi. Kita harus bisa                      menampilkan secara maksimal pertunjukan drama ini.”

Rani     : “Benar yang dibilang Eko, kita jangan saling salah menyalahkan. Kita harus bersama-sama                     berlatih dengan sungguh-sunguh.”

Rohmi  : “Iya, maaf ya, Ci.”

Uci       : “Ya.” (MASIH MERASA KESAL)

Rani     : “Kami tinggal ya, aku dan Eko ingin masuk kelas dulu.”

SETELAH BERISTIRAHAT ROHMI DAN UCI MELANJUTKAN LATIHAN DRAMA

Uci       : “Mi, jangan salah lagi ya. Awas kalau salah!”

Rohmi  : “Iya.”

Uci      : “Romeo, kamu di mana? Aku tak bisa hidup tanpamu Romeo.” (BERJALAN MONDAR-            MANDIR TAMPAK MENCARI)

Rohmi  : “Aku di sini, Juliet. Di bawah menara ini, tunggu! Aku akan datang menolongmu.”

Uci       : “Cepat Romeo! Aku takut di sini.”

Rohmi  : “Ya.”

Uci      : “Kamu kok cuma bilang ya saja, kan di naskah ada kalimat lanjutannya, kamu bagaimana sih?”     (MARAH SAMBIL MENGAMBIL NASKAH DRAMA)

Rohmi  : “Ya, aku lupa, kamu kok marah-marah gini.”

Uci       : “Lah, kamu salah terus kok, makanya dibaca dan dihafalin naskahnya, nih baca!”                                    (MENYODORKAN NASKAH)

Rohmi  : “Kan bisa baik-baik, tidak seperti ini, bisanya marah-marah saja.”

Uci      : “Aku sudah berlatih dengan keras dan sudah meluangkan waktuku untuk latihan drama ini, tapi     apa? kamu yang malah enggak niat!”

Rohmi  : “Aku sudah bersungguh-sungguh, tadi hanya lupa, apa salahnya berlatih lagi?”

Uci       : “Aku sudah capek, kamu tetap saja tidak bisa-bisa.”

Rohmi : “Iya aku memang tidah pandai dalam bersandiwara di panging ini, tapi aku punya niat                  sungguh-sungguh berlatih

Uci        : “Sudahlah, aku ingin berhenti saja latihan drama ini. Kamu cari saja lawan peranmu yang            mau diajak berlatih denganmu!”

Rohmi  : “Kamu kok tidak bertanggung jawab! Teman-teman dan guru sudah mempercayaimu                     untuk memerankan drama ini.”

Uci        : “Aku bertanggung jawab kok, kamu yang tidak bertangung jawab!”

Rohmi   : “Tidak bertanggung jawab apa?”

Uci        : “Pikir saja sendiri!”

TIBA-TIBA RANI DATANG DAN MENDENGAR ROHMI DAN UCI YANG SEDANG BERTENGKAR. RANI MEMILIKI IDE UNTUK MENYADARKAN MEREKA AGAR BERSIKAP LEBIH DEWASA UNTUK KESUKSESAN DRAMA MEREKA

Rani     : “Kenapa lagi kalian bertengkar?”

Uci       : “Itu Rohmi tidak bisa memerankan dengan baik, dia salah terus!” (MENUNJUK KEPADA           ROHMI)

Rohmi   : “Kamu sukanya menyalahkan saja. Padahal kamu juga ada yang salah. Emang ya                          perempuan itu maha benar”

Rani     : “Sudah, sudah. Jangan bertengkar. Aduhh, asmaku kambuh. Aduh, aduhh.” (BERAKTING         JATUH KARENA ASMA KUMAT)

Uci        : “Bagaimana ini? Ran, aku panggilkan guru ya?” (MEMEGANG TANGAN RANI)

Rohmi   : “Cepat-cepat panggilkan guru!” (BERSUARA KERAS)

Rani      : “Tidak usah, nanti sembuh sendiri. Aku kalau mendengar keributan asamaku kambuh. Tolong,                 jangan bertengkar, kita mendapat tugas dan dipercaya oleh guru untuk menampilkan drama di                 perpisahan. Jadi, kita harus bisa memegang amanah itu. Kalian mau kan belajar bersama lagi                  berlatih drama?”

Uci    : “Iya Ran, aku yang salah. Maaf ya Rohmi, aku sering menyalahkanmu.” (BERJABAT                    TANGAN MEMINTA MAAF)

Rohmi   : “Aku juga yang salah, tidak belajar untuk menghafal naskahnya. Aku juga minta maaf ya,            Uci.”

MEREKA BERLATIH DRAMA KEMBALI

 

SELESAI









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi Sang Penguntai Masa Depan

  Sang Penguntai Masa Depan  _Karya: Imam Basori Alwi_  Setahun sekali memperingati hari jasamu  Hanya sehari mengenang pengabdianmu Sungguh...