Cerita Imajinatif Berjudul "Negeri Pohon" Karya Imam Basori A.

 

Cerita Imajinatif


Negeri Pohon

karya: Imam Basori Alwi

 

Suatu ketika di negeri pohon hiduplah Pohon Tua yang berada di pinggir sebuah embung yang memiliki banyak anak, yaitu Daun. Dari anak tersebut yang paling muda adalah bernama Daun Kecil. Daun Kecil sangatlah senang bisa lahir dan hidup di dunia ini. Daun Kecil begitu beruntung memiliki Ibu Daun dan Bapak Daun, merekalah yang selalu senantiasa merawat hingga nantinya dewasa. Pohon Tua sebagai sumber segala bagi kehidupan Daun, mengenai peraturan dan kebijakan selalu berdasarkan kepada Pohon Tua. Peraturan dari Pohon Tua salah satunya adalah tidak diperbolehkan bagi setia para Daun untuk meninggalkan negeri pohon. Apabila mendapati Daun yang pergi ke tanah, maka Daun tersebut akan diusir dari negeri pohon dan mendapat hukuman untuk mengabdi menyuburkan pohon selama bertahun-tahun di tanah.

Daun Kecil yang selalu mendapat sindiran dari Daun-Daun lain karena Daun Kecil dianggap Daun yang lemah dan tak berguna. Daun Dewasa membujuk Daun Kecil untuk melanggar peraturan yang dibuat oleh Pohon Tua. Daun Dewasa ingin menyingkirkan Daun Kecil karena Daun Kecil merupakan anak dari Raja Daun yang melindungi seluruh rakyat Daun yang kelak Daun Kecil menjadi pewaris raja.

“Heee, Daun Kecil, kau daun yang paling lemah dan tidak berguna di antara kumpulan daun yang lain,” sindir Daun Dewasa.

“Tidak, aku adalah daun yang berguna bagi semua orang, suatu saat akan kutunjukan kepadamu bahwa perkataanmu itu tidak benar,” kata Daun Kecil.

“Hahaha, itu tidak mungkin, coba kalau kau berani pergi ke tanah untuk menyuburkan Pohon Tua dan semua Daun-Daun,” kata Daun Dewasa.

“ Saya berani akan hal itu, akan kutunjukan,” kata Daun Kecil.

“Hahaaha, aku tidak yakin kamu berani,” kata Daun Dewasa.

Setelah perbincangan itu, Daun Kecil berniat untuk meninggalkan Pohon, ingin membuktikan bahwa ia berguna bagi yang lain. Pohon Tua tersebut sudah berusia tua dan kesuburannya berkurang sehingga berdampak kering dan layunya semua Daun serta Pohon tidak dapat memproduksi buah yang segar dan banyak, hal itu disebabkan  hujan tidak turun sampai berbulan-bulan. Meskipun, Daun Kecil mengetahui peraturan dari Pohon Tua bahwa dilarang untuk pergi ke tanah karena Daun memiliki derajat yang tinggi tidak sepantasnya berada di tanah. Namun, ia tetap bertekad bulat untuk menjadi Daun yang berguna yang salah satunya akan membawa kesuburan bagi Pohon dan semua Daun dengan meminta hujan turun. Ia ingin  meninggalkan Pohon secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu dan Bapak Daun serta tanpa izin dari Pohon Tua. Daun Kecil berniat pergi pada waktu tengah malam karena tengah malam waktunya Pohon Tua dan semua Daun tidur terlelap. Daun Kecil melakukan perjalanan dengan berhati-hati melewati ranting-ranting kecil dan besar dengan berharap tidak ada satu daun pun yang melihatnya pergi ke tanah. Terkejutlah Daun. Sesampainya di pertigaan antara ranting dengan batang diketahuilah perjalanan Daun Kecil oleh Daun Tua yang merupakan sesepuh para Daun.

“ Heee, Nak, kau ingin pergi ke tanah bukan dan aku tahu tujuanmu,” kata Daun Tua.

“Dari mana kamu tahu Kek ?”kata Daun Kecil.

“Kalau kau ingin meninggalkan pohon, kamu harus berhati-hati dengan penjaga pohon yang ketat di sini, prajurit penjaga berada di satu batang Pohon bagian yang merupakan sumber segala cabang batang dan ranting atau dipanggilnya dengan Cabang Pohon Utama,”kata Daun Tua.

“Lalu, bagaimana aku bisa sampai ke tanah tanpa sepengetahuan prajurit penjaga ?” tanya Daun Kecil.

“Bawalah serbuk sari bunga ini dapat membantumu lolos dari penjagaan dan taburkanlah di hadapannya karena serbuk sari ini bisa membuat mereka tertidur sementara, tapi ingat serbuk sari bunga ini hanya bisa bertahan selama lima belas menit,” kata Daun Tua.

“Baik, terima kasih banyak,” kata Daun Kecil.

Daun Kecil pun melanjutkan perjalanannya kembali, ia berhati-hati sesampainya di Cabang Pohon Utama. Dia melihat dua Daun yang menjaga dengan persenjataan lengkap di gerbang pintu untuk menuju keluar. Daun Kecil berjalan secara pelan dan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan oleh para penjaga. Langkah kecil dan pasti ia lakukan, tetapi dia terjatuh dan tersandung oleh akar yang menjalar sehingga bunyi jatuh tersebut ketahuan oleh para penjaga.

“Heee, siapa kamu ? tanya Prajurit Daun Satu.

“Aku diutus untuk menjaga di pintu gerbang oleh Pohon Tua,” kata Daun Kecil mengelak.

“Bohong, kamu pasti ingin keluar menuju ke tanah, tanggkap dia,” kata Prajurit Daun dua.

“ Heee, jangan lari,” kata Prajurit Daun Satu.

Daun Kecil berlari dengan dikejar oleh dua prajurit Daun, tetapi Daun Kecil tersudut dan tidak bisa lari.

“Yahh, kamu tidak bisa berlari lagi, mau lari ke mana, kamu sudah tersudut, tangkap dia Prajurit Daun Dua,” kata Prajurit Daun Satu.

Ketika akan menangkapnya, Daun Kecil ingat bahwa ia diberi serbuk sari bunga oleh Daun Tua. Lalu, ditaburkanlah serbuk sari bunga itu ke mata para prajurit penjaga. Akhirnya, penjaga menjadi lemas dan mulai mengantuk sehingga tertidurlah mereka.

“Wahh, ternyata hebat sekali serbuk sari bunga ini, aku tidak punya waktu banyak, aku segera pergi dari sini,” kata Daun Kecil.

Setelah lolos dari prajurit yang menjaga, Daun Kecil pun segera melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah. Sampai ke tanah dia bingung harus bertemu dengan siapa agar meminta hujan untuk dapat turun. Dia pun bertanya kepada semua makhluk yang ada di tanah, tetapi dia tidak dapat menemukan jawaban. Daun Kecil terus berjalan dan berusaha mencari siapa yang tahu untuk menurunkan hujan. Setelah menempuh perjalanan jauh, ia bertemu dengan Siput. Ternyata siput tersebut mengetahui di mana tempat makhluk berada yang dapat membantu Daun Kecil. Sangatlah beruntung Daun Kecil bertemu dengan Siput yang mengetahui tujuannya.

“Siput, apakah kamu tahu makhluk yang bisa memintakan hujan untuk turun ?” tanya Daun Kecil.

“Kenapa kamu minta hujan?” kata Siput.

Pohon kami sudah kekeringan air, banyak dari kami yang layu dan lemas serta pohon tidak bisa menyalurkan nutrisi kembali karena hujan tidak turun berbulan-bulan,” kata Daun Kecil.

“Kamu pergilah ke bukit rumput, di sana ada Kelinci yang dapat menurunkan hujan,” kata Siput.

“Terima kasih Siput,” kata Daun Kecil.

Setelah mendapat informasi dari Siput bahwa di Bukit Rumput terdapat seekor Kelinci yang dapat menurunkan hujan, maka bergegaslah Daun Kecil pergi menemuinya. Perjalanan cukup jauh yang dilalui Daun Kecil, sampailah ia ke Bukit Rumput dan bertemu dengan Kelinci yang sedang bertapa. Daun Kecil pun memberikan maksud tujuannya menemui Kelinci.

“Apa tujuan yang membuatmu bisa sampai ke sini?” tanya Kelinci.

“Kelinci tolong kami, sudah berbulan-bulan di pohon kami kekeringan air karena hujan tidak turun, banyak dari kami lemas dan layu kekurangan nutrisi yang bersumber dari air, bantulah kami agar hujan turun di pohon kami,” kata Daun Kecil.

“Nak, sungguh mulia tujuanmu. Baik aku akan bantu untuk menurunkan hujan di pohonmu. Kamu pulanglah,” kata Kelinci.

“Aku tidak ingin pulang sebelum mendapatkan air hujan,” kata Daun Kecil.

“Pulang, setelah sampai di pohonmu, kamu nanti akan tahu sendiri,” kata Kelinci.

Daun Kecil tidak tahu maksud dari tujuan Kelinci yang menyuruhnya untuk pulang. Setelah mendapat perintah dari Kelinci. Akhirnya, Daun Kecil pulang menuju ke pohon. Sesampainya di sana hujan pun turun membasahi Pohon Tua dan Daun-Daun. Mereka sangat senang bisa hidup dengan segar kembali dan mereka tidak menyangka dari mana asal hujan ini. Prajurit yang menjaga gerbang tersebut menceritakan kepada Pohon Tua bahwa semalam tadi ada Daun Kecil yang meninggalkan pohon untuk pergi menuju ke tanah. Setelah mendengar dari prajurit tersebut, dipanggillah Daun Kecil untuk menghadap kepada Pohon Tua. Dengan perasaan khawatir tentang perbuatan yang meninggalkan pohon, Dun Kecil pasrah akan hukuman yang diberikan nantinya.

“Apakah kamu tadi malam benar meninggalkan pohon?” tanya Pohon Tua.

“Iya benar, aku meninggalkan pohon,” kata Daun Kecil.

“Aku tahu maksud tujuanmu karena kusuruh Kumbang untuk selalu mengikutimu. Ternyata kamu ingin meminta hujan turun untuk kesuburan pohon ini. Sungguh mulia tujuanmu. Namun, alangkah baiknya izin dahulu dengan aku. Kamu telah membawa kesuburan bagi pohon ini, maka aku tidak akan menghukummu dan aku akan memberikan kamu gelar Pangeran Daun di negeri Pohon ini,” kata Pohon Tua.

Kemudian, Pohon Tua mengumumkan kepada seluruh Daun bahwa Daun Kecil lah yang membawa kesuburan dengan meminta hujan turun kembali dan diangkatlah Daun kecil menjadi Pangeran Daun di negeri Pohon. Setelah mendengar dari Pohon Tua, seluruh Daun bersorak-sorak ria dan bergembira menyambut Pangeran Daun yang telah membuat Pohon menjadi subur dan segar kembali.

 

 

 

 


1 komentar:

Puisi Sang Penguntai Masa Depan

  Sang Penguntai Masa Depan  _Karya: Imam Basori Alwi_  Setahun sekali memperingati hari jasamu  Hanya sehari mengenang pengabdianmu Sungguh...